"Waktu akan terus berputar. Waktu tidak akan berhenti lalu menunggumu yang sibuk dengan patah hati."
"Kita tidak bisa memaksakan sesuatu itu harus sesuai dengan keinginan kita. Dan kita juga tidak bisa memaksakan semuanya harus sama rata. Semua akan beda pada waktunya."
-----****-----
SEMPAT YANG TAK TEPAT
Aku hanya akan terus berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Tidak perlu bertanya. Aku pernah berteriak, tapi tak satupun ada yang tertarik. Aku bahkan pernah diam, tapi malah tak dianggap ada.
Kamu adalah masa yang sempat indah. Kita pun menyelam lama di kejernihan yang disebut perasaan. Berlarut-larut lama, hingga lupa kalau ada satu perasaan yang terus mengintai. Yang kapanpun akan siap mematahkan. Bukankah sakit hati adalah teman yang teramat setia pada kebahagiaan. Dua hal yang terus berhubungan.
Dulu kita yang nyaman serumah, nyaman berbagi hal-hal apapun. Untuk kemudian kita menjadi lampu jalan yang bersinar. Perasaan yang ditahtakan pada satu orang, adalah cara menunjukkan bahwa kamu telah bertuan.
Tapi selalu ada hal tertinggi untuk sesuatu yang rendah. Tingkat tertinggi dari mencintai, konon adalah mengikhlaskan. Mengikhlaskan untuk terus membiarkan semuanya terus berjalan meski bukan dengan orang yang semula. Karena kebahagiaan datangnya dari banyak arah, dan kadang dibawa oleh antah-berantah. Semudah itu ternyata bahagia.
Kita adalah sempat yang tak tepat. Jadi kita dipisahkan di persimpangan agar terus berjalan dan tidak berhenti di pinggiran. Tapi katanya, masalalu kadang seperti spidol permanen, susah dihapusnya. Aku yang sejak dulu memilih menggenggam batang mawar, membiarkan diri sendiri berdarah-darah tersakiti, tapi aku malah tidak mau pergi. Begitu susahnya jika sudah menyangkut perasaan.
Aku kira kita akan menjadi malam yang amat tenang dan menenangkan. Tapi ternyata, kita hanya senja yang hadirnya sebentar, tapi membekas tidak mau dihilangkan, dan bahkan ingin terus diulang.
Komentar
Posting Komentar