Langsung ke konten utama

SENANDIKA "JALAN RAYA" Oleh Erka Ray

 "Jangan mengulangi kesalahan yang sama. Hanya orang bodoh yang mendorong dirinya sendiri kejurang yang sama untuk kedua kalinya."


----***----

JALAN RAYA 


Akhir-akhir ini kita sudah seperti kendaraan di jalan raya saja. Sibuk berlalu-lalang, meski terkadang tak tahu tujuannya kemana. Bahkan di lampu merah, kita menjadi pengemudi yang tidak sabaran menunggu lampu jalan berganti hijau. Padahal mau ditunggu ataupun tidak, dia akan tentang berganti.

Dan saat kita dengan santainya mengemudi, kita sering dicegat oleh kemacetan yang menyebalkan. Membuat laju tersendat. Dan membuat kita sering merutuki matahari, bilang "Betapa panasnya siang ini".

an saat laju kembali normal, kota diberi suguhan hembusan angin yang menyejukkan. Membuat anak rambut di pelipis menari-nari. Tak hanya itu kita Bahkan dimanjakan oleh pemandangan kanan kiri yang menawan. Seketika itu, kita merasa bahwa kebahagiaan bisa diambil dan dimasukkan kedalam kotak kaca. Tapi bukankah tak ada kehidupan yang mulus. Jika diibaratkan jalan, pasti ada tanjakan dan turunan. Dan kali ini kita melewati turunan. Ditambah dengan permukaannya yang penuh dengan kerikil dan berlubang. Ternyata perjalanan kita tak semulus yang dikira. 

Tapi berhenti dan menyerah di tengah situasi seperti ini, bukanlah yang harus dipilih. Bukanlah tak semua jalan berlubang, pasti di depan sana jalan yang berasal mulus dan bagus sedang menanti kita. Kita hanya perlu bersabar. Kita lihat apa yang kata sabar hadiahkan untuk kita.

Saat telah sampai ditujuan, kita akan tersenyum mengingat apa-apa yang telah dilalui. Meski tidak mudah, tapi kita tidak bermasalah dengan berlelah-lelah. Untuk esoknya, semuanya akan menjadi memori yang indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL JANJI KARYA TERE LIYE, Oleh: Erka Ray

Judul Resensi: Sepanjang Janji Digenggam  Judul Buku: Janji Penulis: Tere Liye Bahasa: Indonesia Penerbit: Penerbit Sabak Grip Tahun Terbit: 28 Juli 2021 Jumlah Halaman: 488 halaman ISBN: 9786239726201 Harga Buku: -  Peresensi: Erka Ray* Penulis dengan nama asli Darwis ini terkenal dengan nama pena Tere Liye. Dunia buku dan tulis menulis tentu tidak akan asing lagi. Pria kelahiran Lahat Sumatera Selatan 21 Mei 1979 ini sudah mulai menulis sejak masih sekolah dimulai dari koran-koran lokal. Selain seorang penulis dia juga merupakan seorang Akuntan dan juga lulus Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Tere Liye memilih berbeda dengan penulis lainnya, dengan tidak terlalu mengumbar identitas dan jarang menghadiri seminar, workshop kepenulisan dan lain-lain. Novel Janji ini merupakan novel ke sekian yang telah ditulisnya. Mulai menulis sejak tahun 2005 dengan karya pertamanya yaitu "Hafalan Salat Delisa" yang telah diangkat menjaga film layar lebar. Selain itu j...

NOVELETTE - "KEPAL TANGAN", Oleh; Erka Ray

Pagi hari, kehidupan mulai menggeliat di sebuah pedesaan. Satu dua jendela rumah mulai dibuka oleh pemiliknya. Ayam tak berhenti berkokok sahut-sahutan dengan suara kicau burung di atas sana. Dari arah timur mentari mulai muncul. Cahayanya menyirami persawahan dengan padi yang mulai membungkuk memasuki usia panen, menyapa ladang penduduk dengan beranekaragam tanaman. Embun di rumput-rumput sebetis mulai menggelayut, diinjak oleh orang-orang yang mulai pergi ke ladang pagi ini. Menjemur punggung dibawah terik matahari sampai siang bahkan ada yang sampai sore hari.  Terdengar suara ibu-ibu memanggil seorang tukang sayur. Teriakan ibu-ibu memanggil anak-anak yang bandel susah disuruh mandi untuk berangkat sekolah. Teriakan ibu-ibu yang meminjam bumbu pada tetangganya. Kehidupan di desa ini sudah mulai menggeliat sejak subuh dengan suara air yang ramai di kamar mandi. Suara adzan yang nyaring sekali, terdengar kesemua penjuru.  Anak-anak berseragam dengan tas besar ter...

PUISI "SAJAK TOPLES KOSONG", Oleh: Erka Ray

Aku toples yang diambil pagi-pagi dalam lemari  Kemana aku dibawa Meja yang habis dilap itulah tempatku berada Aku toples yang dibuka dengan gembira  Tangan tuan rumah, tangan tamu-tamu menjamah isi dalamku Aku ditawarkan, "Mari makan" "Mari dicicipi" Aku toples yang gembira di hari raya Itu aku, Itu aku yang dulu Kemana aku hari ini? Aku adalah toples yang membisu di dalam lemari  Badanku kosong Tangan-tangan tua dan muda tak menjamahku Tuan rumah acuh kiranya, Kemana uangnya untuk membeli isi yang biasanya diletakkan pada tubuhku  Pun rumah ini sepi  Tuan rumah seperti mati di hari raya Di mana aku? Aku ada dalam lemari saat hari raya Aku tak diambil pagi-pagi untuk diletakkan di atas meja ruang tamu Tuanku tengah miskin  Tuanku tak ada uangnya Tuanku membuatku tak lagi diperlihatkan pada tamu-tamunya  Dan tuanku rumahnya tak bertamu Sumenep, 11 April 2024