Langsung ke konten utama

SENANDIKA "KAMU TERTAWA" -Erka Ray

 "Dipendam sesak. Diungkapkan merusak. Jadi diam sajalah ..."

"Saya terbiasa mengobati luka sendiri, jadi tidak perlu menewarkan obat apalagi bantuan. Sebab semua sudah selesai."


******


KAMU TERTAWA 


Aku menelan garam di mulutku hingga keasinan lalu kepahitan, tapi kamu malah tertawa cekikikan. Di mana letak kelucuannya?

Aku jatuh tersungkur ke jurang. Hingga bukan hanya tubuh yang terluka, tapi juga hati yang ikut kena imbasnya. Dan lagi-lagi kamu tertawa. Di mana letak kelucuannya? 

Dan kali ini aku terkena pisau tajam. Tak hanya tangan yang berdarah, tapi sesuatu yang ada di dalam sana juga ikut mendesah resah. Dan kamu juga tertawa. Tapi aku terima.

Aku terima kamu tertawa. Bukankah tujuan cinta memang membahagiakan dan menyakitkan. Bukankah dalam cinta harus ada yang jadi korban demi yang lain tidak kesakitan.

Cinta tetap cinta. Ia punya banyak definisinya, berbagai bentuknya, beragam rasanya. Tapi inti dari semuanya adalah suka. Jika beruntung maka manis, jika sial maka pahit. Tapi bukankah manis tanpa pahit tidaklah lengkap? Begitu juga cinta dan dusta yang seringkali bersisihan adanya.

Meski akhirnya aku sampai jungkir balik, dan kamu lagi-lagi tertawa. Maka aku anggap itu sudah biasa. Mungkin kamu sudah ada yang baru sebagai penggantiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...