Langsung ke konten utama

KITA TAK LAGI NYAMAN

Aku mengajakmu duduk satu meja. Dengan pikiran yang sibuk berkelana. Kita hanya duduk diam berdua, tanpa ada yang memulai pembicaraan. Cukup saling pandang.

Dulu kita juga semeja. Kita bercanda, bercerita panjang tentang aktivitas kita, bercerita tentang rencana-rencana yang jelas kemungkinannya.

Kita menjadi patung di seberang meja. Dengan secangkir kopi yang telah dingin. Tak ada yang memulai pembicaraan. Kita memiliki membisu dengan keadaan hati yang sibuk menata rindu.

Aku tahu, kau tak lagi nyaman semeja denganku. Berulangkali kau meremas jemari. Seakan memberi isyarat, bahwa kau ingin cepat berlalu dari tempat ini. Aku tahu, kau diam-diam memeriksa waktu, menghitung putarannya yang terasa lama saat ditunggu.

Dan aku juga tahu, kita tak lagi nyaman. Dengan mengenang masa-masa manis yang kurasa tak perlu diceritakan. Kita menjadi dua orang asing sekarang. Padahal dulu kita akrab sekali. Hingga orang-orang menyebut kita sepasang hati yang cocok sekali.

Kenyamanan telah tak ada lagi di antara kita. Dengan kau yang sibuk melirik pergelangan tangan, dan aku yang sibuk mencari perkataan untuk memulai pembicaraan di pertemuan kita yang penuh kecanggungan.

Hingga waktu kita habis. Kau berpamitan, dan akhirnya kau pun pulang. Dan aku terpaku dengan kenyataan, bahwa kau tak mungkin lagi kuminta datang.


Catatan, 11 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

PUISI PROSAIS "UNTUK KITA YANG BERANTAKAN", Oleh: Erka Ray

Coba ke sini, kita tulis puisi prosais sebentar, tidak perlu panjang. Yang penting kamu bisa tenang saat menulisnya. Kita rekap bersama kisah kita yang berantakan tahun lalu, bahkan saat ini masih juga berantakan. Kita butuh diri kita masing-masing untuk saling menata ulang agar kita tidak usai. Bukankah begitu? Iya aku tahu, tidak ada yang dengan suka rela untuk saat ini mengulurkan tangan masing-masing untuk memperbaiki, tapi setidaknya kita punya hati dan pikiran untuk saling mengerti. Meski aku tidak tahu, apa kita akan baik seperti bunga-bunga yang dengan santainya bermanja pada angin. Aku juga tidak tahu, apa kita selembut kapas saat menyentuh satu sama lain. Cobalah berdiskusi denganku sebentar, untuk kita yang sudah tak layar disebut usai. Kita memang putih bak dinding, tapi retak di sisi-sisinya. Tapi untuk patah, kita masih merekat.  Seberantakan apa kita hari ini? Aku tidak tahu, tapi jarak ini menjadi jawabannya. Sumenep, 07 Agustus 2022

PUISI "SELAMAT SAMPAI TUJUAN", Oleh: Erka Ray

Aku mengerjap mata pagi ini Menyebut namamu dengan hati-hati Embun yang mulai berselingkuh dengan dedaunan Satu pesanmu masuk, "Aku kedinginan." Dari seberang ke seberang Ada kita yang saling mengetik layar pipih cukup lama Berucap satu dua hal  Tuan berpulang hangat Selimutmu tebal saat disentuh  Hari menyelinap di kisahmu "Aku akan memulai berjalan pagi ini," ucapmu Aku iyakan  Kita berpisah  Aku bertuan pada khayalan Dan kamu yang menjadikan kenyataan Menelanjangi hadapan dengan egois Berjalan tapak menapak tak ingin berhenti "Hati-hati," ucapku Kamu akan kedinginan Berkisahlah dengan kasih Berpulanglah pada tanah kelahiran Lekas sembuh urat diperjalanan Tak menyisahkan kisahmu lagi  Selamat sampai tujuan Tuan pulang tersenyum mengetuk pintu rumah Sumenep, 17 Juni 2023