Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

CERBUNG "12:19", Oleh: Erka Ray

( Bagian 5 ... ) Saat Zidan pulang dan memberi kabar tersebut pada Bundanya, Bunda Zidan terlihat bahagia mendengar itu. "Orangnya tadi sampek berkeringat dingin loh, Mbak. Takut banget lamarannya gak diterima Bapaknya Dila," ucap Om Jamal sambil menyendok kolak buatan Bunda Zidan. "Gak percaya sih sama Om nya sendiri. Kalau datangnya sama Om Jamal pamanmu ini, pasti keterima." Om Jamal sedang menjemawa diri. Padahal mana ada fungsinya dia tadi, justru dia sama Ayahnya Dila lebih banyak membahas soal tembakau. Mentang-mentang petani tembakau.  Orang di rumah Zidan langsung sibuk. Bunda Zidan sibuk menulis daftar hantaran yang akan keluarganya bawa ke rumah Dila lima hari lagi. Sibuk mengajak Mbak Indah anaknya Om Jamal untuk pergi membeli cincin. Sibuk memilih baju untuk diberikan pada Dila. Jeda lima hari ini keluarga Zidan sibuk sekali.  Lalu bagaimana dengan keluarga Dila. Sama. Keluarga Dila juga sibuk. Ibunya Dila sibuk memikirkan masakan apa yang a...

CERBUNG "12:19", Oleh: Erka Ray

( Bagian 4... ) Beberapa hari itu, Zidan dan Dila memang terlihat baik-baik saja. Chattingan mereka lancar setiap harinya. Tapi entahlah, beberapa hari terakhir Dila terlihat menghindari Zidan. Beberapa kali Zidan berusaha mengajaknya berbicara dan bertemu tapi Dila tidak mau.  "Kamu kenapa, Dil. Apa aku ada salah? Kamu selalu menghindar setiap aku ingin mengajakmu berbicara setelah selesai shalat duhur. Kamu juga gak mau diajak keluar berdua. Aku bertanya lewat chat pun kamu gak jawab alasannya. Aku temui kamu di toko roti, kamu juga menghindar. Kenapa?" Zidan akhirnya berbicara setelah berusaha mencekal Dila yang ingin pergi dari halaman masjid. "Aku gak papa. Siapa yang menghindar, Zidan."  "Kamu," Zidan langsung memotong perkataan Dila.  "Aku hanya minta waktu untuk aku berpikir." Demikian kata Dila.  "Aku sudah memberimu waktu, Dila. Bahkan sudah hampir satu bulan. Tapi sikap kamu akhir-akhir berubah. Kamu menjauh, Dil. Aku ...

NOVELETTE - "KEPAL TANGAN", Oleh; Erka Ray

Pagi hari, kehidupan mulai menggeliat di sebuah pedesaan. Satu dua jendela rumah mulai dibuka oleh pemiliknya. Ayam tak berhenti berkokok sahut-sahutan dengan suara kicau burung di atas sana. Dari arah timur mentari mulai muncul. Cahayanya menyirami persawahan dengan padi yang mulai membungkuk memasuki usia panen, menyapa ladang penduduk dengan beranekaragam tanaman. Embun di rumput-rumput sebetis mulai menggelayut, diinjak oleh orang-orang yang mulai pergi ke ladang pagi ini. Menjemur punggung dibawah terik matahari sampai siang bahkan ada yang sampai sore hari.  Terdengar suara ibu-ibu memanggil seorang tukang sayur. Teriakan ibu-ibu memanggil anak-anak yang bandel susah disuruh mandi untuk berangkat sekolah. Teriakan ibu-ibu yang meminjam bumbu pada tetangganya. Kehidupan di desa ini sudah mulai menggeliat sejak subuh dengan suara air yang ramai di kamar mandi. Suara adzan yang nyaring sekali, terdengar kesemua penjuru.  Anak-anak berseragam dengan tas besar ter...