Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

PUISI "KEINGINANKU TUHAN", Oleh: Erka Ray

 Tuhan, Jika kaca yang bisa kupegang hanya melukai Jadikan aku kayu yang bisa terluka karena api Jika aku sebatas daun yang lapuk  Jadikan aku waktu yang bisa menyaksikan prosesnya Aku rela jika harus menangis bersimbah Jika kau jadikan aku kain yang bisa menghapus pipiku yang basah  Tuhan, Jika lagi-lagi aku menjadi awan hitam Jadikan aku langit cerah yang rela mengorbankan warnanya Jangan biarkan aku iri pada pelangi yang berwarna Tuhan, Jika kelak kakiku ingin mundur Carikan tanganku pegangan untuk maju Beri aku setitik putih di atas hitam Meski gelap, beri aku sinar meski selarik  Aku hanya puisi yang berdusta dibalik kata-katanya Aku majas yang bertopeng sarkasmenya Bait empatku tidak pernah cukup untuk sampai padamu  Aku hiperbola yang terlalu berlebihan Tuhan,  Jadikan aku seperti keinginanku  Sumenep, 01 Agustus 2022

PUISI "YANG BISA KUBERI UNTUKMU", Oleh; Erka Ray

 Jika aku memberi noda pada kain putihmu, Maafkan aku Jika aku mencoret dengan tidak sengaja kertasmu, Juga maafkan aku Jika aku menghalangi penglihatanmu, Aku akan singkirkan diriku Jika hanya kata 'jika' yang bisa aku ucap Pertanda dirimu tidak pernah cukup untuk kudekap Aku melata pada pipi basahmu kemaren Menjadi akar jalar yang berusaha menggelitikmu Namun gagal memberimu senyuman Gagal meninggalkan jejak dalam pipimu Aku menjadi kain yang membuatmu tetap utuh Berwibawa dengan seadanya yang bisa kukasih Memberimu mahkota meski tak bertahta Menempatkanmu pada hastaku yang tak berkasta Menjunjungmu tinggi Aku merendahkan diri sendiri Apa yang bisa aku beri jika bukan ini Sesederhana air mata yang tak meminta dihapus Seringan kedipan mata yang tak pernah berhenti menyanjung objeknya Sumenep, 31 Juli 2022

PUISI "JIKA AKU HARUS" Oleh; Erka Ray

Secerah apapun hari ini, Lebih mengenaskan aku hari ini Jika harus menjadi awan dulu untuk ada hujan Maka aku akan menjadi warna abu-abunya saja Jika harus warna merah pada mawar Maka aku memilih menjadi duri yang menyelamatkanmu Jika untuk kali ini harus menjadi angin yang tak tampak meski ada Maka aku memilih menjadi api dengan warna terang menyala Kali ini, biarkan kayu berkorban menjadi abu Meski tak rela, tetap harus berjuang seadanya Biarkan awan menangi untuk langit Biarkan tanah riang basah sendiri Sumenep, 28 Juli 2022

TIGA PUISI JENIS ROMANSA, Oleh Erka Ray

"BUTUH KELENGKAPAN" Haruskah ranting patah untuk menangis? Harus api membakar dulu untuk menciptakan abu? Haruskah aku korbankan sesuatu? Katanya sesederhana api yang panas dulu Tapi ternyata serumit salju untuk membeku Katanya juga se lapang lapangan Tapi perlu hijau untuk ada keindahan Jika hanya satu, maka tidak lengkap Seperti gambar yang kau buat Tanpa warna redup sekali Apa aku harus mengerti? Jika kalimat masih butuh huruf Jika mata masih butuh kamu sebagai objeknya Sumenep, 26 Juli 2022 -----------*****---------- "PENJABARAN"  Warna mawar terlalu merah untuk memujamu Kelopaknya juga terlalu sempit jika untukmu Apalagi aku Aku terlalu rumit untuk sekedar mengutarakan Serumit angin yang harus berlenggak lenggok meski hanya untuk menyapamu Serumit awan yang harus hitam demi turun hujan Tapi bentuk perasaan ini sederhana Sesederhana sunset yang pergi tanpa pamit Juga segelap malam yang menjadi latar Kamu terlalu tinggi untuk kuwarnai biru layaknya langit Terlalu...

EMPAT PUISI, "DARIKU PADAKU" Oleh; Erka Ray

 "AKU UNTUKMU" Aku menyibak kesibukan di pikiranmu Aku tak tahu seramai apa hatimu Sesibuk apa pandangan matamu  Yang aku tahu, aku butuh kamu untuk duduk dan berbincang denganku Aku masuk ke telingamu Mengucap salam, tapi ternyata tidak perlu Aku duduk di rambutmu Tapi ternyata kamu lebih senang menutup setiap helainya Aku melucuti setiap perkataanmu Aku rengkuh setiap pandanganmu Aku diamkan sejenak pendengaranmu Kamu butuh rehat dari penat Butuh lepas dari terikat 12 Juli 2022 --------****------- "INI SOAL KITA" Iya, kita pecundang di air mata itu Kita warna merah di darah itu Kita putih tulang di bola mata itu Apa kita cukup menjadi abu-abu di warna baju Kita tak pernah pasrah meski sudah menjadi langit biru Masih meminta warna hijau pada daun-daun Masih meminta bening pada air Padahal kita keruh di muara Kita juga laut yang pasang Apa mau kita Kita pincang yang tak mau disebut cacat Kita luka yang tak mau sakit Banyak yang membantu kita untuk pulih Kita saja tu...

PUISI "YANG SEBENARNYA" Oleh ; Erka Ray

Tanpa alas kain tipis Jidatku dibenturkan dengan harapan yang diharap tinggi Tanganku dijunjung tinggi Berusaha menyaingi perkataan yang terus berganti  Lidahku dipotong, sebab aku terlalu malah bermesraan dengan kata Saat semua berbaris dengan saksama Aku malah salah memilih dari mereka Sebab aku buta warna Saat langit memeluk awan yang tengah menangis Di situlah aku terus mengemis Saat ranting-ranting pohon bergerak pelan Aku sedang menata jemariku yang malang Haruskah aku menduakan huruf yang telah setia menjadi pesan pembuka  Haruskah aku melucuti jubah-jubah  yang seakan-akan menjadikanku mulia Meski aku membagi setiap bagian depan rata Pada akhirnya, aku tetap menjadi diriku yang sebenarnya  Catatan, 20 Agustus 2021