Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

PUISI "SEMAMPUKU" Oleh ; Erka Ray

Jika esok lusa riuh angin yang berisik tiba-tiba terdiam maka aku akan tetap dengan pijakanku meski mengusir dengan semampunya maka biarkan aku sendiri semampuku Meski kini kau samar-samar berpamitan aku malah terang-terangan mengibarkan penantian tidak peduli berapa kali otakku berkata bodoh tapi telingaku memilih tuli Aku memang tak pandai menjadi ranting tak mampu menjadi tulang tapi aku masih bisa menjadi payung saat hujan melindungi dari air yang berusaha egois menyentuhmu Catatan, 27 Agustus 2021

PUISI "CERITA SUBUH" Oleh ; Erka Ray

Di selimut subuh tadi aku merangkul kita dalam biasan jingga disebut fajar karena dia berpijar terus melindas semua rasa yang aku kaitkan di pinggir jalan Subuh tadi aku mengantarmu berpulang kamu hilang di keramaian tubuh-tubuh penuh ambisi kamu lalu terselip di kaca-kaca kinclong yang tak ada di rumahku Subuh tadi adalah tempat pagi datang bergandengan dengan senang menitip embun pada daun katanya ; jaga dia dengan sepenuhnya Subuh ini, aku sadar kita bukan lagi malam yang sempurna dengan bulannya dan di pembuka pagi, cerita kita sudah tak bermasa Catatan, 20 Agustus 2021 erka.ray12

PUISI "SATU SAMPUL" Oleh ; Erka Ray

Kenapa kita harus menusuk kaki dengan seribu mata yang melihat dari kanan kiri Jeritan yang disumpal Akankah mendapatkan balasan yang setimpal Kamu, yang aku sebut kertas lusuh masih lebih bersih dari yang kubasuh  Bisakah kita terus berpegangan meski tangan kotor dengan serabutan yang aku ciptakan Saat mulai redup aku kira, kita tak akan seperti cangkir yang isinya mudah diseruput Ternyata aku salah kira Mari kita belah jalanan dengan pisau tumpul Agar kita bisa berkumpul pada satu sampul yang sebenarnya tak menjamin apapun Aku mau kita rapat meski rapat yang terus bersekat-sekat  Tapi kamu malah berbisik pelan ; kita cukup di sini ya Catatan, 06 Juli 2021 erka.ray12

SENANDIKA "SEEGOIS ITU" Oleh ; Erka Ray

"Egois adalah ; ketika kita tahu betul bahwa itu tidak baik, tapi kita malah memaksanya untuk menjadi baik."  -------****------ Ternyata aku seegois itu. Aku memaksa sesuatu yang saat dipaksakan hanya membuat sakit. Seharusnya dari dulu sudah diikhlaskan dan dilupakan. Bukan malah menuntut sana sini untuk digenggam. Dari awal aku tahu, bahwa menggenggam batang mawar hanya akan memberi luka pada diri sendiri. Tapi saya terus memaksa untuk menggenggamnya hanya demi sekuntum mawar yang nampak indah yang menempel di batangnya. Apa sebegitu mulusnya sebuah keindahan memanipulasi? Padahal yang tidak menarik seringkali menawarkan sebuah kebahagiaan yang sudah pasti. Kita sering menipu diri sendiri untuk memenuhi sebuah ambisi. Hingga akhirnya sadar bahwa penyesalan selalu ada di belakang. Manusia seringkali rela melakukan apapun demi sebuah kemauan. Lalu berdalih bahwa itu adalah pengorbanan. Pada dasarnya, berkorban boleh saja. Tapi jangan sampai kita mengorbankan orang lain hanya ...