Langsung ke konten utama

RESENSI "DALAM NOVEL SELAMAT TINGGAL" Oleh ; Erka Ray

 Buku : Selamat Tinggal

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbitan : cetakan pertama, Oktober 2020

Tebal buku : 360 Halaman

Harga buku : 85.000

Peresensi : Erka Ray*


Penulis yang bernama asli Darwis ini, telah banyak melahirkan karya berupa novel, sajak dan puisi. Lahir dan besar di Lahat Sumatera Selatan. Melanjutkan SMA-nya di kota Bandar Lampung, dan mulai menulis di koran-koran lokal. Lalu meneruskan studinya di Universitas Indonesia (UI) Fakultas Ekonomi. Semua karyanya telah mendapatkan gelar Best Seller. Tak hanya itu, beberapa bahkan sudah menjadi film, seperti 'Hafalan Salat Delisa' dan 'Rembulan Tenggelam Di Wajahmu' yang rilis perdana Desember 2019 lalu. 


Dan novel 'Selamat Tinggal' ini, merupakan novelnya yang kesekian, yang disajikan dengan begitu berbeda. Bisa dibilang novel ini memberikan warna baru dari karangannya yang lain. Penulis yang memang sudah kental dengan karya-karyanya yang mengandung moral-moral kehidupan, kini lebih memperdalam semuanya dalam novel terbarunya. 


Semuanya dikemas dalam karya fiksi yang apik. Sintong Tinggal yang merupakan tokoh utama, adalah mahasiswa Fakultas Sastra di salah satu Universitas ibukota. Datang dari pedalaman Sumatera demi mengejar cita-citanya menjadi seorang penulis. Di kota sana, Sintong menjadi penjaga toko buku bajakan milik pak Lik nya. Hingga membawanya bertemu dengan Jess dan Bunga, mahasiswi Fakultas Ekonomi tahun kedua. Dan di situlah, konflik cinta sepihak hadir antara Jess pada Sintong. Kehadiran cinta Jess yang ternyata tumbuh di waktu dan tempat yang salah. Sebab Sintong hanya mencintai satu wanita saja.


Sintong sendiri merupakan mahasiswa tahun keenam yang mendapat julukan mahasiswa abadi, sebab tak kunjung menyelesaikan skripsinya. Bukan karena dia tidak mampu menyelesaikannya, tapi semua terhambat karena sesuatu yang disebut 'patah hati'. Sintong yang patah hati sebab sang pujaan hati, Mawar Terang Bintang, memilih orang lain dan tak datang menjemputnya di stasiun seperti yang dijanjikannya saat liburan semester. Patah hati yang hebat hingga bisa membuat Sintong kehilangan semangat menulis dan skripsinya menjadi terbangkalai. 


Namun kali ini Sintong bersungguh-sungguh mengerjakan skripsinya, dengan mengangkat tema baru yang lebih menarik. Lewat buku lama yang dia temukan di toko buku Pak Lik nya di pasar Senen. Yang merupakan satu dari lima buku yang pernah ditulis oleh Sutan Pane. Maka Sintong memilih untuk mengangkatnya sebagai bahan skripsinya, yaitu mengungkap seputar penulis legendaris Sultan Pane yang hilang jejaknya. Maka Pak Dekan yang selaku dosen pembimbingnya, memberikan kepanjangan waktu enam bulan untuk menyelesaikan skripsi tersebut.


Risetnya dimulai dengan mendatangi orang-orang yang mungkin mengenal Sutan Pane. Sintong telah mendatangi Pak Darman yang dulu pernah bekerja di koran tempat Sutan Pane mengirimkan tulisannya. Juga Sintong telah mendatangi kediaman Almarhum Pak Hardja yang merupakan sahabat Sutan Pane. Tapi tidak ada yang mengetahui alasan kenapa Sutan Pane berhenti menulis dan hilang. 


Di tengah-tengah penyelidikan seputar Sutan Pane. Sintong memulai kembali menulis di koran-koran dan dimuat. Tak jarang tulisannya mendapatkan pujian dari para dosen dan taman-tamannya. Tak hanya itu, Sintong juga menemukan fakta-fakta tersembunyi dari Jess dan Bunga, juga Mawar Terang Bintang. Tentang kepalsuan dan rahasia yang selama ini disimpan oleh mereka. 


Dan sebelum kembali melanjutkan risetnya tentang Sutan Pane. Sintong memilih sebuah keputusan besar. Yaitu berhenti dari semua kepalsuan hidupnya yang terus menjual buku bajakan. Hal itu mengundang amarah dari Pak Lik dan Buk Lik nya. Tapi Sintong adalah Sintong, dia telah memutuskan berhenti dari semua buku-buku bajakan itu. Maka semuanya telah berakhir dan dia siap menanggung risikonya.


Sedangkan penelitian tentang Sutan Pane terus berlanjut. Namun sampai beberapa hari belum ada kemajuan. Hingga sampailah pada orang terakhir yang Sintong temuin untuk menuntaskan seputar Sutan Pane. Orang itu adalah Oey. Di situlah masalah terpecahkan. Ayah Oey yang merupakan teman Sutan Pane dan sekaligus pemilik percetakan tempat Sutan Pane menjual lima bukunya. Oey mengatakan Sutan Pane telah meninggal akibat sakit sebab memikirkan adiknya yang mempunyai kebiasaan buruh yaitu berjudi. Tak hanya itu, bahkan adiknya sampai mencuri uang koperasi. Sutan Pane terlanjur malu atas apa yang dilakukan oleh adiknya. Hingga akhirnya dia jatuh sakit, kemudian meninggal. Misi pun terpecahkan dan dibangunlah Yayan Sutan Pane yang di kelola oleh Pak Dekan, Pak Darman dan istri Almarhum Pak Hardja.


Satu dari lima buku milik Sutan Pane yang ditemukan Sintong itu berjudul 'Selamat Tinggal'. 


Keunggulan novel ini, terletak dari pengambilan salah satu tokoh nasional, yaitu "Sutan Pane" yang merupakan sastrawan yang kental dengan karya-karya yang membawa perubahan. Dan memang kelebihan dari karya Tere Liye ini adalah mengaitkan sebuah peristiwa atau tokoh-tokoh sejarah dalam novelnya. Salah satunya adalah novel "Sunset Bersama Rossi" yang dikaitkan dengan bom di Jimbaran Bali. Di novel ini menjadi sangat berbeda dengan dimasukkannya penjelasan tentang buku bajakan. Bahkan si tokoh utama sendiri menjadi penjual buku bajakan, menjadi sebuah profesi yang sulit ditemukan pada novel-novel lain. Penulis seperti menekankan larangan pembajakan buku yang memang sudah beredar luas di Indonesia. 


Kelemahan dari novel ini, terletak pada ending yang terkesan terlalu cepat, singkat dan terburu-buru. Hingga membuat ketidakpuasan pada ending tersebut. Ada cerita yang bisa dibilang belum dijelaskan dengan tuntas, yaitu pada tokoh Jess yang mana tokoh ini tidak jelas nasibnya di ending, jadi hal tersebut membuat penasaran pembaca mengenai kelanjutannya. Selebihnya novel ini sangat bagus. Dan bisa menunjang minat untuk membaca. 


Bagi kamu pecinta gunung, penulis, anak kos, anak kuliahan dan pecinta buku. Novel ini sangat cocok untuk dibeli dan dibaca. Karena penulis tak hanya memasukkan unsur-unsur moral dan petuah, tapi juga nostalgia keindahan alam pegunungan yang ada di Indonesia. Tak hanya itu, dunia perkuliahan tentang skripsi dan seputar kepenulisan juga ikut serta mewarnai novel ini. Mengaca pada latar belakang penulis yang memang merupakan lulusan Universitas Indonesia (UI) dan sekarang beliau bekerja sebagai akuntan di salah satunya kontor di wilayah Jakarta, novel ini memang sudah mewakili latar belakang dari penulisnya. Dalam novel ini Tere Liye lagi-lagi tak luput dengan kata-katanya yang mendalam salah satunya:

"Tulislah sesuatu yang harus dibaca banyak orang, bukan yang ingin dibaca orang banyak." 

"Pena adalah kekuasaan. Saat tulisan kita dibaca banyak orang, mengubah banyak hal, itulah kekuasaan yang sebenarnya."


*Penulis berkelahiran Sumenep Madura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...