Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

PUISI "MASIH ADA AKU" Oleh; Erka Ray

 Jika aku menjadi tumbuhan,  Maka izinkan aku untuk menjadi padi yang menundukkan badan Jika aku menjadi daun,  Maka biarlah aku jatuh dengan penuh keikhlasan Kesempatan adalah karpet yang kuinjak Aku melihat, tapi ibarat buta Aku tidak lumpuh untuk sekedar bergerak Tapi aku terdiam menghitung panjangnya Warnanya sudah ibarat usiaku yang pudar Tapi seperti memberi ruang lebih dalam Jika aku menunduk, maka jangan bantu aku untuk tegak Jika aku lumpuh, biarlah aku terus bersimpuh Izinkan aku untuk mencium tanah lewat badan padi yang menua Izinkan aku jadi pohon yang ikhlas daunnya mengakhiri usia Jika aku diizinkan, maka bunuh aku dua kali  Dengan mengucap, "Masih ada aku yang lebih dari ini" Catatan, 19 Februari 2022

PUISI "SALAH LAGU" Oleh; Erka Ray

Dari lampu merah yang berganti hijau Aku adalah si pengamen yang memetik gitar kala itu Ada nadaku yang tak karuan  Ada pula aku yang kebingungan mencari lagu untuk dinyanyikan kemudian Banyak yang menjadi pengamat untuk sekedar pengamat Aku dibawa pergi oleh laguku yang salah arah Tuhan, aku dibuang di tumpukan nada-nada yang berhamburan Aku terduduk dengan suara yang lagi-lagi hilang Aku memang lama berselimut jalan Belajar dari rambu-rambu,  Bertahan dengan panas dingin yang berganti tak beraturan Aku, cukup aku yang berpelukan erat dengan lampu sisi jalan Gelap di sisiku yang menatap warna putih lurus zebra cross Menghitung orang-orang yang menginjaknya Bodoh menatap bayangkan yang mulai terkikis Tuhan, ada air mata yang kutitip di peluhku siang ini Ada lagu yang aku salah nyanyikan untuk menghubungkan hati  Catatan, 27 Februari 2022

PUISI "MALAM DAN KENANGAN" Oleh ; Erka Ray

Saat senja datang, aku ketuk dia kayaknya pintu Lalu malam menjadi pembuka Aku duduk di keheningannya Ada yang sedang ribut di sana Di warna hitamnya, aku meminta warna putih Dia menolak, dia bilang, "Hitammu sudah ada" Aku balurkan itu di mataku, ternyata perih Aku buta seketika itu karena legamnya Aku bertanya, jadi apa aku di malammu Saat pintumu kau buka lebar, aku duduk sendiri kala itu Dan kita yang terus beradu hening Sampai aku pusing Kamu mempersilahkan aku masuk Meski percakapan kita hanya berhenti di situ   Tapi aku sudah memanjat langit untuk memelukmu Dari malam yang berselimut, aku kedinginan dengan anganku Catatan, 27 Februari 2022