Langsung ke konten utama

CERMIN "MELEPAS KELELAHAN", Oleh: Erka Ray



Pagi ini seperti biasa, pasar di kotaku sudah mulai ramai dengan kuli angkut yang sibuk mondar mandir mengangkat karung-karung, ibu yang sibuk tawar menawar. Sepagi ini kota kami sudah sibuk. Anak-anak yang akan pergi sekolah. Eh, lupa sekarang hari Minggu, libur.

Berhubung sekarang hari libur, aku membantu ibu berjualan sayuran di pasar. Stand kami sudah rapi sejak jam lima tadi. Ibu sudah berangkat ke pasar sehabis shalat subuh, langsung membereskan semuanya. Aku ikut ke pasar pagi ini. Semenjak bapak meninggal 3 tahun lalu, ibu berjualan sendiri. Kadang kalau hari libur aku ikut menemani, meski tak banyak yang bisa aku bantu karena masih kurang paham soal jual menjual.

"Nak, cabe ya lima ribu," ucap ibu-ibu yang tangannya sudah penuh dengan belanjaan.
Aku langsung cekatan membungkuk cabe.
"Sekalian tambah ini ya, kangkung, tomat, wortel, kubis, sama kacang panjang." Ibu-ibu itu sibuk memilah-milah. Aku membungkusnya. Kusebutkan total harganya, sekian rupiah. Ibu-ibu itu menyerahkan uang pas tanpa perlu kembalian.

"Kecambahnya, Nak, lima ribu saja." Datang lagi ibu-ibu yang hendak berbelanja.
"Ada kemirinya? Sekalian tambah itu ya, sama jahe, bawang merah satu kilo dan kunyit tiga ribu saja." Aku sudah mulai bingung, banyak juga ya. Aku mengambil satu-satu. Yang tidak aku ketahui di ambil alih oleh ibu.

Kegiatan seperti ini terus berlangsung sampai siang. Dagangan ibu laris, sejauh ini banyak yang mampir berbelanja. Pasar ini tutup sekitar jam 12 siang. Saat sampai jam tersebut, aku membantu ibu membereskan sisi sayuran dan yang lainnya untuk dibawa pulang.

"Ini makan, Andi." Ibu menyodorkan bungkus ayam geprek ke depanku yang sedang bersantai di ruang tamu rumah kami. Setelah seharian berjualan ikut Ibu rasa-rasanya duduk santai seperti ini sambil selonjoran begitu nikmat.

"Ibu dapat dari mana," tanyaku sambil mengambil bungkusan itu.
"Tadi Ibu beli. Ayo makan." Ibu membuka mungkin ayam geprek miliknya. Lalu mulai makan menggunakan tangan.

Nikmat sekali makan seperti ini setelah seharian bekerja. Ibu tidak pernah mengeluh setiap hari ini meski tidak ada yang membantunya jualan. Semenjak Bapak meninggal, Ibu yang sepenuhnya jadi tulang punggung keluarga. Aku yang masih kelas 6 SD, hanya bisa membantunya sesekali jika libur.

Malam Ini kami bisa melepas penat setelah seharian bekerja.



Diselesaikan Di Pamekasan, 24 Oktober 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "PERCAKAPAN IBU", Oleh: Erka Ray

(Artisoo.com) Anak bertanya, "Kenapa ibu menangis saat mengupas bawang?" "Perih, Nak,"  Katanya demikian  "Kenapa ibu lama membasuh muka?" Pertanyaan selanjutnya "Wajah ibu kotor dosa, Nak. Wajah ibu sering tak ramah saat memintamu mengaji. Apalagi saat menyuruhmu pulang ke rumah, wajah ibu sangar. Pun wajah ibu sering kaulupakan saat kausedang berbahagia." Apa kaulihat ada yang bangun melebihi aku saat pagi tiba? Pun tak kaudapati siapapun di dapur kecuali aku, Nak Mengupas bawang yang sebenarnya masih terkantuk Memotong sayuran  Menyalakan kompor Menyalakan kran air kamar mandi Tak akan kaudapati selain aku, Nak Yang tangannya mencuci baju di kamar mandi dan matanya awas menatap nyala api sedang memasak air untuk membuat kopi Kelak, Jika kautak lagi temukan keributan dari mulutku, Nak Cepat peluk tubuhmu sendiri Mungkin aku sedang ingin beristirahat di ruang tamu Sembari diiringi keramaian lain yang sedang membaca doa-doa Sumenep, 0...

PUISI "PERASANKU", Oleh: Erka Ray

Entahlah,  Malam seakan bersendawa panjang Sehabis sarapan yang mengenyangkan Piring kotor dicuci sehabis itu  Malam tak bergeming di dekat jendela Gorden tak dibuka Untuk apa? Sesal tangan tak menggenggam Sesak dada mengingat sesal  Yang mana yang harus dirasa  Campur rasa tak menjadi suka  Malah menduka  Panjang umur malam ini  Penyair sampai hilang puisi  Kata di bait pertama yang tak berarti Pamekasan, 11 April 2023

HUMOR "MA, MINTA ADEK", Oleh: Erka Ray

Di pagi yang cerah, terjadi obrolan seru dari keluarga kecil di meja makan. Disana ada sepasang suami istri dan dua anaknya laki laki dan perempuan yang masih berumur 6 tahun dan si kaka 8 tahun di sela sela sarapan salah satu dari anak mereka memulai obrolan dengan mengajukan permintaan. "Ma, mama dulu yang buat adek gimana sih ma?" tanya si Kakak yang merupakan anak pertama. "Kenapa Kakak nanya kaya gitu," kata si Mama sembari tesenyum menahan tawa. "Kakak pengen adek lagi." "Pengen adek lagi gimana, Kak?" Si mama mulai kebingungan. "Ya pengen adek lagi, Ma. Adek bayi." Matanya mengerjab-ngerjab menunjukkan muka polosnya. "Itu kan masih ada adeknya, Kak." "Iya, Kak. Itu adeknya masih ada, masih lucu juga." Si papa ikut nyeletuk. "Tapi kakak pengen yang masih bayi, Pa, Ma. Iyakan dek?" Si kakak melirik adeknya, meminta dukungan. "Iya, Pa. Adek juga pengen adek baru yang masih bayi."  "Kalia...